Kamis, 25 Juni 2009

JANJI TINGGAL JANJI

Janji Tinggal Janji. Mana Janjimu?

Apakah Anda Sudah Menepati Janji?

Janji merupakan kata yang sering kita dengar dan kitapun juga pernah / selalu berjanji baik sewaktu menjadi pelajar, diangkat menjadi pegawai maupun pada waktu nikah. Sayangnya kadang-kadang kita tidak mau tahu hakekat janji itu sendiri. Seenaknya mengobral janji, terlebih apabila ada maunya sampai –sampai tak terkontrol lagi dalam berjanji sehingga kadang muluk-muluk sampai tidak rasional, dan tak sedikit oknum yang memanfaatkan janji ini sebagai media untuk meraih kemenangan atau untuk mengeruk suatu keuntungan.
Apabila kita dapat menepati janji berarti no problem. Akan tetapi apabila janji tinggal janji seperti dalam nyanyian, bisa berabe/berantakan. Selain merugikan diri sendiri juga merugikan orang lain. Umpamanya seorang penjahit yang ternama bisa menjadi tidak laku, pasarannya mati gara-gara ulahnya sendiri yaitu tidak menepati janji dalam penyelesaiannya. Apalagi janji-janjinya orang yang lagi pendekatan ke cewek supaya tergiur….ngerti sendiri lah.
Menyelisihi janji sangat mengecewakan orang lain. Apalagi berjanji mau menikahi tanggal sekian tetapi malah kabur / njelendot. Atau berjanji apabila kamu ….. saya akan …maka…. Dls. Akhirnya prĂȘt menyelisihinya. Menyelisihi janji tidak hanya dapat, tetapi menurunkan harkat dan martabat kita sendiri. Sehingga yang ada kita mendapatkan stempel/cap penghianat, pembuat , pengecut muna dan sederet kata lainnya yang tidak sae.
Dan tidak bakal dipercaya lagi walaupun sudah berusaha berbuat yang sebaik mungkin. Ingat sekali lancung….. itu.
Mengingat dahsyatnya menyelisihi janji, apabila berjanji ya di tepati. Sebab setiap janji yang diperbuat merupakan suatu pertanggungjawaban terhadap hati nurani dan terhadap Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana firman-Nya “ Wa aufuu bil ‘ahdi innal ‘ahda kaana masuulaa” artinya penuhilah janji, sebab tiap-tiap janji akan dipertanggungjawabkan (QS Al Isra’ ayat 34).
Disengaja atau tidak, disadari atau tidak, sebenarnya kita sering kali menyelisihi janji, baik yang dibuat sendiri maupun dari instansi atau lainnya lebih-lebih dengan Allah Subhanahu Wata’ala. Pelaku menyelisihi janji dikategorikan dalam agama kita yaitu Munafiq yaitu lain di mulut lain di hati. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori disebutkan” Aayatul munaafiqi tsalaatsun idzaa haddasta kadzaba wa’idza wa’adaa akhlafa waidza’tumina khoona” artinya tanda-tanda munafiq itu ada tiga perkara, pertama, apabila di berbicara bohong kedua jika dia berjanji menyelisihi/ingkar dan ketiga jika dipercaya berhianat.
Pada garis besarnya, janji ada dua macam yaitu janji kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan janji kepada manusia (termasuk pada diri sendiri). Janji kepada Allah Subhanahu Wata’ala yaitu ketika menjalankan shalat saat membaca do’a iftitah mengucapkan janji: …Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah semesta alam”. Kemudian ketika membaca fatikhah berjanji lagi”…hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya Engkaulah yang kami minta pertolongan>”
Janji-janji tersebut harus ditepati. Tidak malah seenaknya sendiri janji tinggal janji tanpa direalisasikannya dengan baik. Dan suatu kesalahan yang fatal bila janjinya meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu Wata’ala malah ramai-ramai pergi ke tempat – tempat keramat dan dukun untuk meminta pertolongan.
Janji terhadap manusia pun harus ditepati dan dilakukan dengan sungguh-sungguh tanpa memandang keadaan seseorang. Misalnya jika berjanji dengan orang-orang yang terhormat/berpangkat atau yang ditakuti ditepati, dipenuhi dengan sungguh-sungguh. Tetapi terhadap orang-orang yang lemah dan tak berpangkat, disia-siakan bahkan tidak ditepati sedikitpun.
Sebagai insan/manusia yang punya harkat dan martabat, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan jika berjanji ya ditepati dipenuhi sebaik-baiknya, sebab janji adalah hutang “Al Wa’du dainun”.
Untuk mengetahui secara terinci, apakah kita termasuk/kategori munafiq atau bukan. Al Qur’an memberikan beberapa penjelasan tentang sifat orang munafiq yaitu antara lain tidak berpendirian teguh, tetap dan jelas, tidak dapat dipercaya sama sekali, perkataannya bohong dan dusta, sumpah dan janjinya tidak ditepati, amal ibadahnya riya atau ingin dipuji, suka bergaul dengan orang-orang yang memusuhi Islam, suka berbuat kerusakan, selalu curiga dengan kegiatan keislaman, enggan berjihad dan berda’wah. Lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah Subhanahu Wata’ala, tidak suka berhukum dengan hukum Allah Subhanahu wata’ala dan mencari keuntungan pribadi.
Orang – orang munafiq tersebut diibaratkan dalam Al Qur’an sebagai orang yang menyalakan lampu/api tetapi tidak menerangi, ibarat orang tuli, bisu, buta seperti saat hujan lebat yang gelap gulita disertai guruh dan kilat atau seperti kayu besar yang bersandar, sekalipun penampilannya menarik tetapi mereka itu bodoh dan tidak berbobot
Sia-sialah seluruh amal orang munafiq itu baik di dunia maupun diakhirat kelak. Mereka tidak dapat menebus dirinya dengan apapun, buah amalnya adalah Neraka yang paling bawah. Mereka kembali ke dalam Neraka Jahannam yang merupakan sejahat-jahatnya tempat kembali.

Rabu, 17 Juni 2009

INSAN MILLENIUM

PEMBENTUKAN INSAN MILLENIUM
Apabila kita membangun sebuah bangunan katakanlah rumah, yang diperhatikan pertama-tama adalah fondasinya. Apabila fondasinya kuat dan bagus maka akan sangat berpengaruh sekali terhadap kualitas rumah tadi. Begitu juga sebaliknya apabila fondasinya kurang bahkan tidak kuat bisa kita tebak bagaimana jadinya? Dalam perjalanan dunia pendidikan pun demikian, walaupun benda mati dapat dijadikan iktibar atau gambaran dalam pendidikan. Pendidikan dapt berjalan dengan bagus apabila ditegakkan dengan beberapa landasan:
1. Pendidikan tunduk pada kaidah-kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak
Dalam mendidik anak perlu diperhatikan taraf-tarafperkembangan, bakat-bakat serta kecenderungannya. Suatu pendidikan tak kan bisa berhasil tanpa memperhatikan proses perkembangan tersebut, bahkan malah mungkin akan membawa mudharat.
Para ahli pendidikan telah mengungkapkan fase-fase perkembangan anak. Pada fase permulaan, yaitu sejak bayi lahir sampai kurang lebih enam tahun. Dalam fase ini perilaku anak senantiasa didasarkan pada enak dan tidak enak. Bila suatu pengalaman dirasakan enak, maka akan diulanginya, tetapi apabila dirasakan tidak enak, ia akan menghindarinya. Oleh karena itu, anak yang berusia di bawah enam tahun selalu ingin tahu segala sesuatu dengan jalan meraba atau memasukkannya ke dalam mulut dll.
Pada masa selanjutnya, tingkah laku anak ditentukan dari segi manfaat. Apabila manfaat baginya, maka akan ia kerjakan, tetapi kalau tidak bermanfaat akan ia tinggalkan. Fase seperti ini akan berlangsung sampai berusia sembilan tahun.
Sedang pada fase berikutnya seorang anak akan mulai membangun perilaku atas dasar nilai. Seorang anak dalam fase ini mulai dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk (tidak baik). Dalam masa ini yang perlu diperhatikan dan dipertmbangkan adalah pendidikannya.
Ada beberapa tahap perkembangan anak yaitu pertama masa khayal dan kedua masa pemilihan-pemilihan yang sebenarnya. Dalam kondisi tahap-tahap ini peran dari orang tua sangat dibutuhkan. Orang tua perlu sekali memberikan pengarahan dan petunjuk yang bagus dan bisa dipahami, serta dimengerti oleh anak dan juga memperhitungkan akan perasaan anak.

2. Adanya perbedaan-perbedaan antara individu
Setiap anak mempunyai sifat serta kemauan yang berbeda-beda baik itu laki-laki maupun perempuan atau sesame jenis kelamin itu sendiri. Oleh sebab itu, para pendidik perlu memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut serta memanfaatkan perbedaan tersebut sebagai dasr dalam melaksanakan pendidikan serta menggunakan metode yang tepat dengan menyesuaikan antara kemampuan akan pikiran dengan bakat atau kecenderungan-kecenderungan, hobi, cita-cita dan tak lupa memperhitungkan perasaan anak tersebut..

3. Manusia terdiri dari faktor biologis dan psikologis
Faktor biologis dan psikologis mempunyai hubungan yang sangat erat. Bila secara biologis kurang siap untuk menerima pendidikan, maka pemikirannya juga akan terganggu dan tidak dapat menerima pendidikan dengan baik. Begitu juga sebaliknya apabila secara psikologis kurabng sehat, akan berpengaruh juga terhadap kesehatan fisik (badan). Oleh karena itu, keduanya perlu mendapatkan perhatian yang sama baik kondisi psikologis ataupun biologis.

4. Tabiat manusia bukanlah semata-mata baik atau buruk saja
Pada hakekatnya, tabiat manusia itu bukanlah semata-mata baik atau buruk saja, tetapi potensi keduanya itu semua ada, sebagaimana Firman Allah SWT “Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebaikan dan kejahatan) (QS Al Balad : 10). “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya) maka Allah mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan (QS Asy Syams : 7-8).
Rasulullah SAW bersabda “ Tak ada seorang bayi yang dilahirkan kecuali menurut fitrahnya, maka ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, nasrani atau Majusi” Hadits ini menunjukkan pada kita bahwa seorang anka yang baru lahir berarti belum terpengaruh oleh ajaran apapun. Maka orang tuanyalah yang akan membentuknya apakah nantinya menjadi baik atau tidak baik.
Allah SWT berfirman “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan dirinya dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS Asy-Syams : 9-10). Dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa baik atau buruknya sifat seseorang itu tergantung pada pendidikannya. Apabila pendidikannya baik, maka akan lahir manusia yang baik. Akan tetapi apabila pendidikannya jelek akan melahirkan manusia-manusia yan jelek pula.

5. Manusia itu dapat menerima atau menolak
Tingkat pemahaman seseorang itu berbeda sehingga ada orang yang dapat menerima dengan mudah dan ada yang mengalami kesulitan dalam menerimanya. Tiap-tiap anak mempunyai tingkat perkembangan yang berbeda sesuai dengan perkembangan usianya. Oleh sebab itu, perhatian, penghargaan, pujian dan memperhitungkan perasaan anak sangat dibutuhkan guna dapat mentransfer ilmu-ilmu terhadap anak engan bahasa dan irama yang sesuai dengan dunia anak.

6.Metode pengajaran berbeda sesuai dengan perkembangan anak
Meteode pengajaran tidak dapat disamaratakan semuanya. Sebagai pendidik harus jeli dan teliti dalam mendidik anak. Metode pengajaran anak kecil berbeda dengan metode pengajaran bagi ank-anak yang sudah dewasa. Untuk mendidik anak kecil, pendidik harus masuk dalam dunia anak kecil, pada anak kecil masih banyak menggunakan perasaan, sedangkan pada anak yang sudah dewasa lebih cenderung dan lebih banyak menggunakan rasio. Sesustu dapat diterima apabila dinalar dan bisa dipahami.
7. Pendidikan kemasyarakatan terjdi dalam lingkungan proses pendidikan
Selain terjadi dalam lingkungan proses pendidikan, juga terjadi di dalam lingkungan rumah tangga dan juga terjadi di dalam masyarakat dan lingkungan. Oleh sebab itu, untuk mendidik anak agar menjadi baik, berperilaku baik, berpikiran baik, berpola baik, antara hati dan pikiran baik, maka perlu sekali dicarikan atau ditempatkan pada lingkungan pergaulan yang baik. Apabila kita menghendaki anak yang saleh dan salihah yang berakhlak mulia, maka sangat perlu sekali diperhatikan juga dalam berteman. Sebab sifat-sifat dan tingkah laku teman-teman itu lama kelamaan dengan tak terasa di contohnya. Sebagai orang tua/pendidik harus bertanggung jawab dalam menciptakan atau membuat suasana yang baik bagi anak-anaknya.

8. Pendidikan dapat mewujudkan kebutuhan pendidikan yang baik, mencakup perkembangan fisik, pemikiran, kepribadian, prilaku, sopan santun dls.
Dalam hal ini berarti dalam mendidik anak tidak hanya menitikberatkan pada salah satu sisi/sudut saja. Akan tetapi harus memperhatikan dan menumbuhkembangkan aspek-aspek lainnya secara menyeluruh sehingga nantinya dapat benar-benar berkembang secara utuh.

Dengan demikian diharapkan dari tulisan ini dapat mengisi keterpurukan pendidikan untuk kembali menggali dan menanamkan dasar-dasar pendidikan/ landasan dalam mendidik anak untuk bangkit dan kembali memperbaiki agar lebih baik agar citra bangsa ini membaik, tidak menjadi bangsa yang kasar, brutal, korup, biadab, menghalalkan segala cara, menginjak-injak hati nurani, menari-nari dan meraih sokses diatas penderitaan orang lain. Kembalilah ke jalan yang lurus dan diridhai allah SWT. (chm.)

Senin, 15 Juni 2009

GURU

Menjadi Guru Yang Menyenangkan

Bagaimana cara membuat kegiatan belajar dan mengajar menyenangkan?
Untuk menciptakan belajar-mengajar yang menyenangkan, kita harus memiliki landasan pemelajaran yaitu pembangunan emosi positif sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai karena otak itu akan bekerja secara maksimal jika keadaan berlangsung menyenangkan.Oleh karena itu, yang perlu kita bangun adalah sebagai berikut:
1. “Learning is Most Effective When it’s Fun” (belajar akan berlangsung sangat efektif jika berada dalam keadaan yang menyenangkan).
Menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti suasana ribut dan hura-hura dan suka-suka. Kegembiraan di sini berarti bangkitnya minat adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada diri si pemelajar yaitu dengan ciri joi (keceriaan), interest (ketertarikan), contentment (kepuasan atau kelegaan), dan love (cinta atau kasih sayang).
2. AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).
Ambak memberikan jalan yang lapang kepada para pengajar untuk menemukan secara cepat kegembiraan dalam belajar-mengajar.Bagaimana membangkitkan motivasi, menumbuhkan minat, mencari konteks dan yang paling penting adalah menemukan manfaat belajar-mengajar melalui bertanya.
Dengan AMBAK akan mempersegar wajah kita ketika kita berhadapan dengan murid-murid kita dikarenakan kita akan meraih sesuatu yang bermakna dalam proses belajar mengajar yang kita selenggarakan. AMBAK juga akan mendorong kita mengaitkan seluruh mata pelajaran yang kita ajarkan dengan kehidupan keseharian anak didik kita. AMBAK yang jelas dan spesifik akan dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan secara hebat. Apapun yang ingin kita lakukan jika yang kita lakukan itu tidak memberikan manfaat kemungkinan besar kita akan ogah-ogahan melakukannya.
3. Braind-Based Learning (Belajar berdasarkan cara bekerjanya otak)
Otak adalah organ paling banyak dimanfaatkan ketika seseorang menempuh pendidikan. Memahami cara bekerjanya otak menjadi sangat penting agar peneyelenggaraan pendidikan meraih kesuksesan. Otak kita terus berkembang bila kita hidup dalam lingkungan yang penuh tantangan.
Seorang psikolog dan peneliti yang bernama Howard Garder menemukan adanya sembilan macam kecerdasan yang distilahkan dengan multiple intelligences (kecerdasan majemuk).
Menurut Toni Buzan otak manusia baru dimanfaatkan oleh para pemiliknya sekitar satu persen “your brain is like a sleeping giant” sebab ada 99% kehebatan otak manusia yang belum dimanfaatkan.
Ungkapan Buzan ini selayaknya dapat memicu kita untuk mempedulikan otak kita ketika kita mau menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar. Mungkin saja kelas-kelas di sekolah menjadi membosankan dan kurang menggairahkan lantaran kita tidak memanfaatkan kehebatan otak kita. Kita-para pengelola dan pengajar di sekolah-tidak lagi mampu memunculkan daya-daya kreativitas kita dalam membuat sekolah menjadi tempat yang dapat membangkitkan kemauan dan kemampuan belajar lantaran, mungkin saja, kita tidak mau dan mampu memahami diiri kita yang terkait dengan otak kita.
Dunia sudah berubah secara cepat. Apabila kita, guru tidak menarik dan menyenangkan dalam belajar-mengajar akan ditinggalkan oleh para muridnya karena anak era cyberspace ini dapat belajar lewat guru maya (internet), perpustakaan pribadi atau sekolah, pameran-pameran, media cetak, televisi, radio, museum, kebun binatang, stadion, keindahan alam, kekayaan hutan dan lain sebagainya yang serba menarik.
Oleh karena itu, hal penting yang dapat dilakukan oleh para pengajar supaya menarik dan menyenangkan adalah mencari kaitan antara mata pelajaran dengan kehidupan sehari-hari para siswa. Metode Contextual teaching and learning (CTL) akan efektif dapat diterapkan apabila si penerap metode CTL menguasai brain-based learning (BBL). CTL dan BBL adalah konsep ampuh yang dapat menggerakkan proses pendidikan di sekolah menjadi kegiatan yang menyenangkan dan bermakna. CTL dapat mendekatkan dunia nyata-lewat sebuah mata pelajaran-kepada anak didik, dan BBL dapat menjadikan anak memilih cara belajar yang cocok dengan dirinya. ( Disarikan dari berbagai sumber)

Sabtu, 13 Juni 2009

Katak yang malang
Pada suatu hari ada se ekor katak besar (kabes) yang hidup di tengah hutan yang luas. Kabes ini kesehariannya selalu ceria dan bermain air dengan sepuasnya berenang kesana kemari dengan melantunkan lagu kung king kek gung gung gung berulang-ulang.
Teman kabes ini banyak mereka bermain dengan baik tidak bertengkar, tidak cakar-cakaran, melompat kesana kemari dengan penuh kegirangan kalau ada makanan tidak saling berebutan tapi dibagi dengan baik oleh kabes ini.
Pada suatu hari ada seekor katak hijau (kahij) mendatangi katak-katak yang lain untuk mempengaruhi supaya suasanya yang aman dan nyaman itu menjadi ricuh. Aturan-aturan di dunia per-katak-an supaya kacau balau yang tadinya katak-katak itu apabila bermain bisa tertib dan diantara katak-katak itu sudah menerapkan kedisiplinan yang tinggi sesuai aturan main yang telah dibuat. Kini karena ada kahij yang iri dan dengki melihat keharmonisan para katak yang dipimpin oleh katak besar.
Tak selang berapa lama kahij mengatur strategi supaya bisa memporakporandakan situasi dan kondisi yang ada. Kahij kasak kusuk sedemikian rupa. Ahirnya dengan tingkah laku kahij ada katak yang terpengaruh, ada katak yang netral dan ada katak yang tetap setia pada kabes. Nah dengan suasana seperti ini timbullah kelompok-kelompok. Ada kelompok kabes, kelompok kahij dan kelompok yang netral.
Suaasana per-katak-an yang dulunya harmonis mulai kurang harmonis dan bahkan tidak harmonis lagi. Sehingga yang tadinya bisa bermain bersama dan saling menyapa, kini keadaannya sangat berbeda yang tadinya bila bertemu saling menyapa dan bersalaman dengan manis yang terjadi ternyata kelompok kahij “melengos” nyuekin buang muka dengan sinisnya. Kabes tidak tersinggung masih tetap bersabar.
Hari demi hari, minggu demi minggu, tahun demi tak terasa pertengkaran panas dan dingin telah berjalan dalam kurun waktu sepuluh tahun.
Pada tahun belakangan terjadi kemarau yang panjang, para katak pada kehausan mencari air kesana kemari tidak mendapatkannya. Banyak katak yang minta tolong untuk bisa mendapatkan air. Banyak katak yang pada lemah lunglai karena kesana kemari tidak mendapatkan air. Kahij berteriak-teriak sekuat tenaganya”tolong, tolong, toloooooooong” lantas ada seekor burung besar yang mendengar dan menghampirinya.
Burung besar (bubes) bertanya “ Kenapa kamu berteriak-teriak seperti itu”?
Jawab kahij, Aku kehausan sudah kesana kemari aku tidak mendapatkan air, aku sampai lemas dan nyaris pingsan.
Bubes, “baik kalau begitu kamu ikut saya. Tapi ingat selama ikut saya, kamu jangan sampai bicara apa-apa walau kamu melihat air”.
Jawab kahij, baik.aku akan mentaatimu.
Bubes, kamu gigit kaki saya akan saya ajak terbang mencari air dan ingat pesan saya.
Nah kahij diajak terbang tinggi oleh bubes untuk mencari air dengan posisi mulut kahij menggigit kaki bubes. Di saat terbang tinggi untuk mencari air, kahij melihat danau yang penuh dengan air. Saking girangnya, kahij tidak ingat aturan main dari bubes. Kahij teriak kegirangan, ada airrrrrrrr, terlepaslah kahij dari kaki bubes dan jatuh terbentur ke batu yang besar. Kahij tubuhnya remuk dan hancur berkeping-keping karena tidak mengikuti aturan dari bubes. Sekian. Cerita lebih seru ada di edisi berikutnya. Baca terus bulletin bergengsi ini. Jwsr.

SEKUKU HITAM

SEKUKU HITAM YANG PERNAH KU LAKUKAN DALAM HIDUP INI

1. Pendidikan dan Pelatihan yg pernah ane ikuti
NO
NAMA/ JENIS DIKLAT
TEMPAT
WAKTU PELAKSANAAN
( …. jam)
PENYELENGGARA
a.
Diklat Nasional Kepala sekolah Islam Terpadu
Jakarta
3-5 Maret ‘06
(70Jam)
JSIT Center DKI Jakarta
b.
Diklat Bahasa Inggris
Jakarta
02–03-’02 sd
10-12-‘03
(350 jam)
Newest International Course English
c.
Penataran Sosialisasi KBK
Bekasi
12 s.d. 21 Okt 2006
(70 Jam)
Dinas
d.
Pelatihan Keterampilan Proses IPA
Jakarta
27 Mei 2001
(8 Jam)
IPTEK
e.
Pelatihan Pengembangan diri
Bekasi
April 20
(8 Jam)
Mahaka
f.
Workshop “Getting Learning Happening”
Jakarta
Februari 2004
(10 Jam)
DK Prima Education and Management
g.
Diklat Guru SIT
Jakarta
12-14 Mei ’06
(60 Jam)
JSIT Learning Center
h.
Diklat Pengembangan Guru
Jakarta
24 Juni 2000
s.d25 Ags. ’01
(450 Jam)
SPG Raudhah
i.
Pembekalan Standar Kompetensi Guru
Bekasi
19 April ’06
(8 Jam)
Gugus VIII
j.
Diskusi Buku KBK
Bandung
22-23-02-’03
(30 Jam)
Rosda Bandung
k.
Penataran Program Pengajaran semester
Pondokgede
13 Sep.’02
(10 Jam)
Gugus VIII
l.
Pelatihan Penggunaan
AlatPeraga/Praktek/KIT IPA
Bekasi
2-4-12-’97
(30 Jam)
Depdikbud




2. Corat-coretan ane yang dibaca umat

NO
JUDUL
JENIS *)
PENERBIT
TAHUN TERBIT
1
Tangkas Agama Islam
Buku pelajaran SD Kls 2 cawu 1,2 & 3
PT Remaja Rosdakarya Bandung
April 2001
2.
Tangkas Pendidikan Agama Islam Kur. 2004
Buku pelajaran SD Kls. 2
PT Remaja Rosdakarya Bandung
2005
3.
Seri Mencerdaskan Siswa PAI 2 B
Buku Lks 2 B
PT Remaja Rosdakarya Bandung
2006
4.
Tangkas Agama Islam
Buku pelajaran SD kls 2 smt. 1&2
PT Remaja Rosdakarya Bandung
2002 s.d. 2004
5.
Seri Mencerdaskan Siswa PAI 6 B
Buku Lks 6 B
PT Remaja Rosdakarya Bandung
2005
6
Seri Mencerdaskan Siswa PAI 5 B
Buku Lks 5 B
PT Remaja Rosdakarya Bandung
2005
7
Seri Mencerdaskan Siswa PAI 4 A
Buku Lks 4 A
PT Remaja Rosdakarya Bandung
2005
8.
Tajwid
Buku Umum
Qonita
2007

9.
Mengatasi Anak Nakal dan Keras Kepala Secara Efektif
Artikel/Koran
Pelita
15-08-‘93
10
Pembentukan Anak Menuju Muslim yang Sejati
Artikel/Koran
Pelita
19-09-‘93
11
Konsep Pembentukan Keluarga Islami
Artikel/Koran
Pelita
30-09-‘95
12
Senjata Pendobrak Penyakit Hati
Artikel/Koran
Pelita
11-12-‘94
13
Sudahkah Anda Menepati Janji
Artikel/Koran
Pelita
10-12-’95
14
Ikhlas Pangkal Keberhasilan dan Keselamatan
Artikel/Koran
Pelita
07-01-‘96
15
Penangkal Siksa Kubur
Artikel/Koran
Pelita
13-08-95
16
Hilangnya Amal Kebajikan
Artikel/Koran
Pelita
05-11-‘95
17
Sudahkah Anda Berbakti kpd. Or tu?
Artikel/Koran
Pelita
21-05-‘95
18.
Senjata Menumpas Hati Yang Keruh
Artikel/Koran
Pelita
05-09-‘93
19
Asas-asas Pendidikan Seorang Muslim
Artikel/Koran
Pelita
17-10-‘93
20
Sudah Pedulikah Anda pada Kaum Dhu’afa
Resensi/Koran
Pelita
28-08-‘94
21
Mengapa Umat Islam Jatuh Bangun
Resensi/Koran
Pelita
16-10-‘94
22
Hak-hak Muslimin Dirampas?
Resensi/Koran
Pelita
18-12-‘94
23
Koreksi Total Terhadap Studi Kritis Atas Hadits Nabi
Resensi/Koran
Pelita
26-03-‘95
24
Seiring sejalan dan setujuan, Tapi Sesat
Resensi/Koran
Pelita
19-02-‘95
25
Ralat Resensi Buku
Koran
Pelita
30-03-‘95

26
Pro dan Kontra Kepemimpinan Wanita
Artikel/Koran
Pelita
26-12-‘98
27
Liku-Liku Kajian Hadits
Majalah
Media Dakwah
1997

28
Mengenali Wajah Islam Secara Utuh dan Tuntas
Majalah
Media Dakwah
1997
29
Meluruskan Dakwah dan Fikrah
Majalah
Media Dakwah
1997
30
Cadar Bukan Bid’ah dan Wajib
Majalah
Media Dakwah
1997
31
Surat terbuka untuk Husainy Ismail
Surpem/Majalah
Media Dakwah
1993
32
Ghazwul Fikri: Kecewa Republika
Surpem/Majalah
Media Dakwah
1993
33
Menyayangkan lembaga yang tak konsisten
Surpem/Majalah
Media Dakwah
1995
34
Buku PAI Erlangga Menyesatkan
Surpem/Majalah
Media Dakwah
1995
35
Mengajar Yang menyenangkan
Artikel/Majalah
Aku anak Shaleh
2002

Jumat, 12 Juni 2009

Khutbah Iedul Adha 1429 H

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Jamaah Shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, kita dapat merayakan Idul Adha dengan tenang, khidmat dan dapat melaksanakan shalat Id dengan khusu’ tadlarru’ dalam naungan keridhoan Allah SWT.
Hari ini kita berkumpul di Masjid Nurul Iman yaitu untuk merayakan suatu hari penting dalam setiap tahun. Pada hari ini juga, jutaan manusia, dengan kesadaran keagamaan yang tulus, kembali mengenang peristiwa keagamaan yang sangat bernilai itu. Jutaan manusia dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil sebagai rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT. Sementara jutaan yang lain sedang membentuk lautan manusia di tanah suci Makkah, menjadi pemandangan yang menakjubkan yang menggambarkan keberadaan manusia di hadapan kebesaran Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha agung. Mereka serempak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan Allah, “Labbaik, labbaika lasyarikalaka labbaik. Innal hamda wani’mata laka wal mulk la syarikalak.”

Jamaah Shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Idul Adha dikenal juga dengan Idul Qurban, karena sejak fajar menyingsing di pagi hari ini, sampai terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah nanti atau yang disebut hari Tasyriq, selama empat hari berturut-turut kita telah berada dalam suasana Idul Adha. Suatu hari penting dan terbesar dalam Islam.
Hari raya Idul Adha yang kita rayakan setiap tahun telah memberikan kesan dan pelajaran yang dalam untuk kita semua, khususnya dalam mengenang tokoh-tokoh yang terkait dengan peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. Siti Hajar dan Ismail a.s. Mereka adalah suri tauladan abadi.
Pengorbanan yang besar yang telah diberikan oleh Nabi Ibrahim a.s. itu oleh agama Islam telah dianjurkan untuk dilaksanakan pula oleh kaum muslimin, sebagai tanda keikhlasan dan kesediaannya untuk memberikan pengorbanan dan pengabdiannya kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan yang layak dikurbankan, seperti unta, sapi dan kambing yang dagingnya sudah barang tentu yang utama ialah membaginya menjadi tiga bagian yakni sepertiga untuk dimakan oleh yang berqurban beserta keluarganya (QS Al Hajj ayat 28), sepertiga untuk tetangga sekitarnya dan yang sepertiga untuk fakir miskin. Dan yang lebih utama adalah menyedekahkan seluruh daging kurbannya dengan sarat ia harus mengambilnya meskipun sedikit demi mengikuti sunnah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Penyembelihan hewan yang lazimnya disebut kurban itu merupakan pengabdian kita kepada Allah SWT. Karena Allah SWT tidak menerima daging dari hewan-hewan

yang kita potong itu, kecuali hanya niat amal kita yang ikhlas saja yang diterima oleh Allah.
Sebagaimana firmannya dalam Quran surat Al hajj ayat 37:

Artinya:
Daging-daging yang menjadi qurban dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhoan Allah Subhanahu Wata’ala, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Dari ayat tersebut, kita memperoleh pelajaran bahwa hewan-hewan qurban yang kita potong itu, baik unta, sapi maupun kambing, maka bukan daging-daging dan darah-darah dari hewan-hewan itu yang diterima Allah SWT, melainkan ketaatan kita yang ikhlas dan pengabdian kita yang sungguh-sungguh itulah yang diterima oleh Allah SWT dan dibalas dengan pahala yang setimpal. Maka pengorbanan dan pengabdian itulah suatu didikan Islam kepada umat islam untuk memperkuat jiwa sosial dan dermawan, untuk melatih dan membiasakan umat Islam mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya bagi keselamatan dan kebahagiaan umat bersama, serta bagi kemajuan masyarakat, bangsa negaranya serta kejayaan Islam.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Berqurban, apabila dilihat dari segi memperoleh keridhoan Allah, maka sungguh berqurban itu sangat luar biasa pahalanya, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya

Artinya;
Berkurban itu untuk yang melaksanakannya, dibalas Allah dengan pahala tiap-tiap satu helai rambut, satu kebajikan (HR Ibnu Majah)
Saudara-saudara kaum muslimin wal muslimat, alangkah besar pahala berkurban . Maka kesempatan ini hendaknya tidak disia-siakan . Hidup pasti mati, harta kekayaan akan kita tinggalkan seluruhnya, kecuali amal jugalah yang dapat kita tenteng atau kita bawa kelak.
Dalam hal kurban ini, Abu Hurairah meriwayatkan :

“Barang siapa yang memiliki kelapangan tetapi ia tidak berkurban, maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat shalat kami” (HR Hakim dari Abu Hurairah)

Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Kita sebagai muslim dituntut oleh Allah SWT untuk memberikan pengabdian kita sebanyak-banyaknya agar kita memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Karena itu, tugas kita mencontoh dan mengambil teladan dari derap dan langkah serta sikap Nabi Ibrahim dalam mewujudkan dan mempertahankan keyakinan kepada Allah SWT.
Artinya, apa yang diperbuat oleh Nabi Ibrahim a.s. jelas mengisyaratkan agar anak cucu mereka, agar generasi sesudahnya menerima dan menegakkan Islam secara kafah atau utuh serta konsisten atau istiqomah dalam merealisasikan atau mewujudkan cita-cita kesejahteraan. Ketulusan dalam menerima dan menegakkan Islam serta konsistensi atau istiqomah pada cita-cita luhur adalah jaminan untuk memperoleh kesejahteraan hidup. Sebaliknya ketidak patuhan dan inkonsistensi atau tidak istiqomah kepada islam dapat menjerumuskan kehidupan kaum muslimin ke lembah yang penuh nestapa dan akan menjerembabkan manusia ke jurang kesengsaraan yang berkepanjangan.
Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Umat islam yang mampu, (ukuran mampu menurut Imam Syafii adalah apabila seseorang mempunyai kelebihan uang dari kebutuhannya dan kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya, senilai hewan qurban pada hari raya Idul Adha dan tiga hari tasyriq). hukumnya wajib bagi orang yang mampu sesuai dengan surat Al Kautsar ayat 2 Fashalli lirabbika wanhar. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu, dan berkurbanlah. Kurban dianjurkan kepada para nabi mulai dari nabi Adam as sampai sekarang.
Ibadah qurban merupakan upaya menghidupkan sunah para nabi Allah SWT dengan menyembelih sesuatu dari pemberian Allah Subhanahu Wata’ala kepada manusia sebagai ungkapan rasa syukur. Kemurnian keataatan dengan mengerjakan seluruh perintah Allah adalah bukti syukur tertinggi.
Diantara hikmah berkurban adalah mendekatkan diri atau taqarrab kepada Allah SWT atas segala kenikmatan-Nya. Kenikmatan itu jumlahnya banyak. Sehingga tak seorangpun dapat menghitungnya, Wain taudu nikmatallahi latuhsuha. (QS Ibrahim ayat 34).
Hikmah secara tersirat dan tegas tentang kurban ini, telah diungkapkan dalam Al Qur’an “..Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang minta. Demikianlah kami telah menundukkkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. QS Al Haj (22) : 36)
Hikmah berikutnya adalah menghidupkan makna takbir di Hari raya Idul Adha dari tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah, yakni hari Nasar (penyembelihan) dan hari-hari tasyrik. Dengan setulusnya kita bersaksi bahwa hanya Allah-lah yang Maha besar, Maha Esa, Maha perkasa dan sifat kesempurnaan lainnya.
Kebahagiaan akan tercapai bila manusia menyadari fungsi keberadaannya di dunia ini hanyalah untuk menjadi hamba dan abdi Allah SWT, bukan abdi dunia, ataupun abdi setan. Wama khalaqtul jinna wal insa illa liyakbudun (QS Adzariyat ayat 56).
Disamping itu semua, Hari Raya Kurban merupakan ibadah sosial kemasyarakatan

yang sangat dalam, itu terlihat ketika pemotongan hewan yang akan dikurbankan, para mustahiq yang akan menerima daging-daging kurban itu berkumpul.
Mereka satu sama lainnya meluapkan rasa gembira dan sukacita. Yang kaya, yang miskin saling berpadu, berinteraksi sesamanya. Luapan kegembiraan dihari qurban, terutama bagi yang miskin dan fakir, lebih-lebih dalam situasi krisis ekonomi sekarang ini, sangat tinggi nilainya, ketika mereka menerima daging hewan kurban tersebut.
Ibadah qurban menegaskan Islam adalah agama yang berdimensi atau berukuran sosial, karena itu, orang islam yang tidak mampu mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan, dianggap sebagai pendusta agama (QS Al Maun,ayat 1-3) Ara aitalladzi yukadzibubiddin, fadzalikal ladzi yadu’ul yatim, wala yahudzu ‘ala thaamil miskin

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Jamaah Shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, kita dapat merayakan Idul Adha dengan tenang, khidmat dan dapat melaksanakan shalat Id dengan khusu’ tadlarru’ dalam naungan keridhoan Allah SWT.
Hari ini kita berkumpul di Masjid Nurul Iman yaitu untuk merayakan suatu hari penting dalam setiap tahun. Pada hari ini juga, jutaan manusia, dengan kesadaran keagamaan yang tulus, kembali mengenang peristiwa keagamaan yang sangat bernilai itu. Jutaan manusia dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil sebagai rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT. Sementara jutaan yang lain sedang membentuk lautan manusia di tanah suci Makkah, menjadi pemandangan yang menakjubkan yang menggambarkan keberadaan manusia di hadapan kebesaran Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha agung. Mereka serempak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan Allah, “Labbaik, labbaika lasyarikalaka labbaik. Innal hamda wani’mata laka wal mulk la syarikalak.”

Jamaah Shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Idul Adha dikenal juga dengan Idul Qurban, karena sejak fajar menyingsing di pagi hari ini, sampai terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah nanti atau yang disebut hari Tasyriq, selama empat hari berturut-turut kita telah berada dalam suasana Idul Adha. Suatu hari penting dan terbesar dalam Islam.
Hari raya Idul Adha yang kita rayakan setiap tahun telah memberikan kesan dan pelajaran yang dalam untuk kita semua, khususnya dalam mengenang tokoh-tokoh yang terkait dengan peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. Siti Hajar dan Ismail a.s. Mereka adalah suri tauladan abadi.
Pengorbanan yang besar yang telah diberikan oleh Nabi Ibrahim a.s. itu oleh agama Islam telah dianjurkan untuk dilaksanakan pula oleh kaum muslimin, sebagai tanda keikhlasan dan kesediaannya untuk memberikan pengorbanan dan pengabdiannya kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan yang layak dikurbankan, seperti unta, sapi dan kambing yang dagingnya sudah barang tentu yang utama ialah membaginya menjadi tiga bagian yakni sepertiga untuk dimakan oleh yang berqurban beserta keluarganya (QS Al Hajj ayat 28), sepertiga untuk tetangga sekitarnya dan yang sepertiga untuk fakir miskin. Dan yang lebih utama adalah menyedekahkan seluruh daging kurbannya dengan sarat ia harus mengambilnya meskipun sedikit demi mengikuti sunnah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Penyembelihan hewan yang lazimnya disebut kurban itu merupakan pengabdian kita kepada Allah SWT. Karena Allah SWT tidak menerima daging dari hewan-hewan

yang kita potong itu, kecuali hanya niat amal kita yang ikhlas saja yang diterima oleh Allah.
Sebagaimana firmannya dalam Quran surat Al hajj ayat 37:

Artinya:
Daging-daging yang menjadi qurban dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhoan Allah Subhanahu Wata’ala, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Dari ayat tersebut, kita memperoleh pelajaran bahwa hewan-hewan qurban yang kita potong itu, baik unta, sapi maupun kambing, maka bukan daging-daging dan darah-darah dari hewan-hewan itu yang diterima Allah SWT, melainkan ketaatan kita yang ikhlas dan pengabdian kita yang sungguh-sungguh itulah yang diterima oleh Allah SWT dan dibalas dengan pahala yang setimpal. Maka pengorbanan dan pengabdian itulah suatu didikan Islam kepada umat islam untuk memperkuat jiwa sosial dan dermawan, untuk melatih dan membiasakan umat Islam mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya bagi keselamatan dan kebahagiaan umat bersama, serta bagi kemajuan masyarakat, bangsa negaranya serta kejayaan Islam.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Berqurban, apabila dilihat dari segi memperoleh keridhoan Allah, maka sungguh berqurban itu sangat luar biasa pahalanya, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya

Artinya;
Berkurban itu untuk yang melaksanakannya, dibalas Allah dengan pahala tiap-tiap satu helai rambut, satu kebajikan (HR Ibnu Majah)
Saudara-saudara kaum muslimin wal muslimat, alangkah besar pahala berkurban . Maka kesempatan ini hendaknya tidak disia-siakan . Hidup pasti mati, harta kekayaan akan kita tinggalkan seluruhnya, kecuali amal jugalah yang dapat kita tenteng atau kita bawa kelak.
Dalam hal kurban ini, Abu Hurairah meriwayatkan :

“Barang siapa yang memiliki kelapangan tetapi ia tidak berkurban, maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat shalat kami” (HR Hakim dari Abu Hurairah)

Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Kita sebagai muslim dituntut oleh Allah SWT untuk memberikan pengabdian kita sebanyak-banyaknya agar kita memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Karena itu, tugas kita mencontoh dan mengambil teladan dari derap dan langkah serta sikap Nabi Ibrahim dalam mewujudkan dan mempertahankan keyakinan kepada Allah SWT.
Artinya, apa yang diperbuat oleh Nabi Ibrahim a.s. jelas mengisyaratkan agar anak cucu mereka, agar generasi sesudahnya menerima dan menegakkan Islam secara kafah atau utuh serta konsisten atau istiqomah dalam merealisasikan atau mewujudkan cita-cita kesejahteraan. Ketulusan dalam menerima dan menegakkan Islam serta konsistensi atau istiqomah pada cita-cita luhur adalah jaminan untuk memperoleh kesejahteraan hidup. Sebaliknya ketidak patuhan dan inkonsistensi atau tidak istiqomah kepada islam dapat menjerumuskan kehidupan kaum muslimin ke lembah yang penuh nestapa dan akan menjerembabkan manusia ke jurang kesengsaraan yang berkepanjangan.
Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Umat islam yang mampu, (ukuran mampu menurut Imam Syafii adalah apabila seseorang mempunyai kelebihan uang dari kebutuhannya dan kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya, senilai hewan qurban pada hari raya Idul Adha dan tiga hari tasyriq). hukumnya wajib bagi orang yang mampu sesuai dengan surat Al Kautsar ayat 2 Fashalli lirabbika wanhar. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu, dan berkurbanlah. Kurban dianjurkan kepada para nabi mulai dari nabi Adam as sampai sekarang.
Ibadah qurban merupakan upaya menghidupkan sunah para nabi Allah SWT dengan menyembelih sesuatu dari pemberian Allah Subhanahu Wata’ala kepada manusia sebagai ungkapan rasa syukur. Kemurnian keataatan dengan mengerjakan seluruh perintah Allah adalah bukti syukur tertinggi.
Diantara hikmah berkurban adalah mendekatkan diri atau taqarrab kepada Allah SWT atas segala kenikmatan-Nya. Kenikmatan itu jumlahnya banyak. Sehingga tak seorangpun dapat menghitungnya, Wain taudu nikmatallahi latuhsuha. (QS Ibrahim ayat 34).
Hikmah secara tersirat dan tegas tentang kurban ini, telah diungkapkan dalam Al Qur’an “..Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang minta. Demikianlah kami telah menundukkkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. QS Al Haj (22) : 36)
Hikmah berikutnya adalah menghidupkan makna takbir di Hari raya Idul Adha dari tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah, yakni hari Nasar (penyembelihan) dan hari-hari tasyrik. Dengan setulusnya kita bersaksi bahwa hanya Allah-lah yang Maha besar, Maha Esa, Maha perkasa dan sifat kesempurnaan lainnya.
Kebahagiaan akan tercapai bila manusia menyadari fungsi keberadaannya di dunia ini hanyalah untuk menjadi hamba dan abdi Allah SWT, bukan abdi dunia, ataupun abdi setan. Wama khalaqtul jinna wal insa illa liyakbudun (QS Adzariyat ayat 56).
Disamping itu semua, Hari Raya Kurban merupakan ibadah sosial kemasyarakatan

yang sangat dalam, itu terlihat ketika pemotongan hewan yang akan dikurbankan, para mustahiq yang akan menerima daging-daging kurban itu berkumpul.
Mereka satu sama lainnya meluapkan rasa gembira dan sukacita. Yang kaya, yang miskin saling berpadu, berinteraksi sesamanya. Luapan kegembiraan dihari qurban, terutama bagi yang miskin dan fakir, lebih-lebih dalam situasi krisis ekonomi sekarang ini, sangat tinggi nilainya, ketika mereka menerima daging hewan kurban tersebut.
Ibadah qurban menegaskan Islam adalah agama yang berdimensi atau berukuran sosial, karena itu, orang islam yang tidak mampu mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan, dianggap sebagai pendusta agama (QS Al Maun,ayat 1-3) Ara aitalladzi yukadzibubiddin, fadzalikal ladzi yadu’ul yatim, wala yahudzu ‘ala thaamil miskin