Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Jamaah Shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, kita dapat merayakan Idul Adha dengan tenang, khidmat dan dapat melaksanakan shalat Id dengan khusu’ tadlarru’ dalam naungan keridhoan Allah SWT.
Hari ini kita berkumpul di Masjid Nurul Iman yaitu untuk merayakan suatu hari penting dalam setiap tahun. Pada hari ini juga, jutaan manusia, dengan kesadaran keagamaan yang tulus, kembali mengenang peristiwa keagamaan yang sangat bernilai itu. Jutaan manusia dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil sebagai rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT. Sementara jutaan yang lain sedang membentuk lautan manusia di tanah suci Makkah, menjadi pemandangan yang menakjubkan yang menggambarkan keberadaan manusia di hadapan kebesaran Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha agung. Mereka serempak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan Allah, “Labbaik, labbaika lasyarikalaka labbaik. Innal hamda wani’mata laka wal mulk la syarikalak.”
Jamaah Shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Idul Adha dikenal juga dengan Idul Qurban, karena sejak fajar menyingsing di pagi hari ini, sampai terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah nanti atau yang disebut hari Tasyriq, selama empat hari berturut-turut kita telah berada dalam suasana Idul Adha. Suatu hari penting dan terbesar dalam Islam.
Hari raya Idul Adha yang kita rayakan setiap tahun telah memberikan kesan dan pelajaran yang dalam untuk kita semua, khususnya dalam mengenang tokoh-tokoh yang terkait dengan peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. Siti Hajar dan Ismail a.s. Mereka adalah suri tauladan abadi.
Pengorbanan yang besar yang telah diberikan oleh Nabi Ibrahim a.s. itu oleh agama Islam telah dianjurkan untuk dilaksanakan pula oleh kaum muslimin, sebagai tanda keikhlasan dan kesediaannya untuk memberikan pengorbanan dan pengabdiannya kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan yang layak dikurbankan, seperti unta, sapi dan kambing yang dagingnya sudah barang tentu yang utama ialah membaginya menjadi tiga bagian yakni sepertiga untuk dimakan oleh yang berqurban beserta keluarganya (QS Al Hajj ayat 28), sepertiga untuk tetangga sekitarnya dan yang sepertiga untuk fakir miskin. Dan yang lebih utama adalah menyedekahkan seluruh daging kurbannya dengan sarat ia harus mengambilnya meskipun sedikit demi mengikuti sunnah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Penyembelihan hewan yang lazimnya disebut kurban itu merupakan pengabdian kita kepada Allah SWT. Karena Allah SWT tidak menerima daging dari hewan-hewan
yang kita potong itu, kecuali hanya niat amal kita yang ikhlas saja yang diterima oleh Allah.
Sebagaimana firmannya dalam Quran surat Al hajj ayat 37:
Artinya:
Daging-daging yang menjadi qurban dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhoan Allah Subhanahu Wata’ala, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Dari ayat tersebut, kita memperoleh pelajaran bahwa hewan-hewan qurban yang kita potong itu, baik unta, sapi maupun kambing, maka bukan daging-daging dan darah-darah dari hewan-hewan itu yang diterima Allah SWT, melainkan ketaatan kita yang ikhlas dan pengabdian kita yang sungguh-sungguh itulah yang diterima oleh Allah SWT dan dibalas dengan pahala yang setimpal. Maka pengorbanan dan pengabdian itulah suatu didikan Islam kepada umat islam untuk memperkuat jiwa sosial dan dermawan, untuk melatih dan membiasakan umat Islam mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya bagi keselamatan dan kebahagiaan umat bersama, serta bagi kemajuan masyarakat, bangsa negaranya serta kejayaan Islam.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Berqurban, apabila dilihat dari segi memperoleh keridhoan Allah, maka sungguh berqurban itu sangat luar biasa pahalanya, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya
Artinya;
Berkurban itu untuk yang melaksanakannya, dibalas Allah dengan pahala tiap-tiap satu helai rambut, satu kebajikan (HR Ibnu Majah)
Saudara-saudara kaum muslimin wal muslimat, alangkah besar pahala berkurban . Maka kesempatan ini hendaknya tidak disia-siakan . Hidup pasti mati, harta kekayaan akan kita tinggalkan seluruhnya, kecuali amal jugalah yang dapat kita tenteng atau kita bawa kelak.
Dalam hal kurban ini, Abu Hurairah meriwayatkan :
“Barang siapa yang memiliki kelapangan tetapi ia tidak berkurban, maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat shalat kami” (HR Hakim dari Abu Hurairah)
Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Kita sebagai muslim dituntut oleh Allah SWT untuk memberikan pengabdian kita sebanyak-banyaknya agar kita memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Karena itu, tugas kita mencontoh dan mengambil teladan dari derap dan langkah serta sikap Nabi Ibrahim dalam mewujudkan dan mempertahankan keyakinan kepada Allah SWT.
Artinya, apa yang diperbuat oleh Nabi Ibrahim a.s. jelas mengisyaratkan agar anak cucu mereka, agar generasi sesudahnya menerima dan menegakkan Islam secara kafah atau utuh serta konsisten atau istiqomah dalam merealisasikan atau mewujudkan cita-cita kesejahteraan. Ketulusan dalam menerima dan menegakkan Islam serta konsistensi atau istiqomah pada cita-cita luhur adalah jaminan untuk memperoleh kesejahteraan hidup. Sebaliknya ketidak patuhan dan inkonsistensi atau tidak istiqomah kepada islam dapat menjerumuskan kehidupan kaum muslimin ke lembah yang penuh nestapa dan akan menjerembabkan manusia ke jurang kesengsaraan yang berkepanjangan.
Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Umat islam yang mampu, (ukuran mampu menurut Imam Syafii adalah apabila seseorang mempunyai kelebihan uang dari kebutuhannya dan kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya, senilai hewan qurban pada hari raya Idul Adha dan tiga hari tasyriq). hukumnya wajib bagi orang yang mampu sesuai dengan surat Al Kautsar ayat 2 Fashalli lirabbika wanhar. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu, dan berkurbanlah. Kurban dianjurkan kepada para nabi mulai dari nabi Adam as sampai sekarang.
Ibadah qurban merupakan upaya menghidupkan sunah para nabi Allah SWT dengan menyembelih sesuatu dari pemberian Allah Subhanahu Wata’ala kepada manusia sebagai ungkapan rasa syukur. Kemurnian keataatan dengan mengerjakan seluruh perintah Allah adalah bukti syukur tertinggi.
Diantara hikmah berkurban adalah mendekatkan diri atau taqarrab kepada Allah SWT atas segala kenikmatan-Nya. Kenikmatan itu jumlahnya banyak. Sehingga tak seorangpun dapat menghitungnya, Wain taudu nikmatallahi latuhsuha. (QS Ibrahim ayat 34).
Hikmah secara tersirat dan tegas tentang kurban ini, telah diungkapkan dalam Al Qur’an “..Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang minta. Demikianlah kami telah menundukkkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. QS Al Haj (22) : 36)
Hikmah berikutnya adalah menghidupkan makna takbir di Hari raya Idul Adha dari tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah, yakni hari Nasar (penyembelihan) dan hari-hari tasyrik. Dengan setulusnya kita bersaksi bahwa hanya Allah-lah yang Maha besar, Maha Esa, Maha perkasa dan sifat kesempurnaan lainnya.
Kebahagiaan akan tercapai bila manusia menyadari fungsi keberadaannya di dunia ini hanyalah untuk menjadi hamba dan abdi Allah SWT, bukan abdi dunia, ataupun abdi setan. Wama khalaqtul jinna wal insa illa liyakbudun (QS Adzariyat ayat 56).
Disamping itu semua, Hari Raya Kurban merupakan ibadah sosial kemasyarakatan
yang sangat dalam, itu terlihat ketika pemotongan hewan yang akan dikurbankan, para mustahiq yang akan menerima daging-daging kurban itu berkumpul.
Mereka satu sama lainnya meluapkan rasa gembira dan sukacita. Yang kaya, yang miskin saling berpadu, berinteraksi sesamanya. Luapan kegembiraan dihari qurban, terutama bagi yang miskin dan fakir, lebih-lebih dalam situasi krisis ekonomi sekarang ini, sangat tinggi nilainya, ketika mereka menerima daging hewan kurban tersebut.
Ibadah qurban menegaskan Islam adalah agama yang berdimensi atau berukuran sosial, karena itu, orang islam yang tidak mampu mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan, dianggap sebagai pendusta agama (QS Al Maun,ayat 1-3) Ara aitalladzi yukadzibubiddin, fadzalikal ladzi yadu’ul yatim, wala yahudzu ‘ala thaamil miskin
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Jamaah Shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, kita dapat merayakan Idul Adha dengan tenang, khidmat dan dapat melaksanakan shalat Id dengan khusu’ tadlarru’ dalam naungan keridhoan Allah SWT.
Hari ini kita berkumpul di Masjid Nurul Iman yaitu untuk merayakan suatu hari penting dalam setiap tahun. Pada hari ini juga, jutaan manusia, dengan kesadaran keagamaan yang tulus, kembali mengenang peristiwa keagamaan yang sangat bernilai itu. Jutaan manusia dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil sebagai rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT. Sementara jutaan yang lain sedang membentuk lautan manusia di tanah suci Makkah, menjadi pemandangan yang menakjubkan yang menggambarkan keberadaan manusia di hadapan kebesaran Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha agung. Mereka serempak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan Allah, “Labbaik, labbaika lasyarikalaka labbaik. Innal hamda wani’mata laka wal mulk la syarikalak.”
Jamaah Shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Idul Adha dikenal juga dengan Idul Qurban, karena sejak fajar menyingsing di pagi hari ini, sampai terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah nanti atau yang disebut hari Tasyriq, selama empat hari berturut-turut kita telah berada dalam suasana Idul Adha. Suatu hari penting dan terbesar dalam Islam.
Hari raya Idul Adha yang kita rayakan setiap tahun telah memberikan kesan dan pelajaran yang dalam untuk kita semua, khususnya dalam mengenang tokoh-tokoh yang terkait dengan peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. Siti Hajar dan Ismail a.s. Mereka adalah suri tauladan abadi.
Pengorbanan yang besar yang telah diberikan oleh Nabi Ibrahim a.s. itu oleh agama Islam telah dianjurkan untuk dilaksanakan pula oleh kaum muslimin, sebagai tanda keikhlasan dan kesediaannya untuk memberikan pengorbanan dan pengabdiannya kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan yang layak dikurbankan, seperti unta, sapi dan kambing yang dagingnya sudah barang tentu yang utama ialah membaginya menjadi tiga bagian yakni sepertiga untuk dimakan oleh yang berqurban beserta keluarganya (QS Al Hajj ayat 28), sepertiga untuk tetangga sekitarnya dan yang sepertiga untuk fakir miskin. Dan yang lebih utama adalah menyedekahkan seluruh daging kurbannya dengan sarat ia harus mengambilnya meskipun sedikit demi mengikuti sunnah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Penyembelihan hewan yang lazimnya disebut kurban itu merupakan pengabdian kita kepada Allah SWT. Karena Allah SWT tidak menerima daging dari hewan-hewan
yang kita potong itu, kecuali hanya niat amal kita yang ikhlas saja yang diterima oleh Allah.
Sebagaimana firmannya dalam Quran surat Al hajj ayat 37:
Artinya:
Daging-daging yang menjadi qurban dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhoan Allah Subhanahu Wata’ala, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Dari ayat tersebut, kita memperoleh pelajaran bahwa hewan-hewan qurban yang kita potong itu, baik unta, sapi maupun kambing, maka bukan daging-daging dan darah-darah dari hewan-hewan itu yang diterima Allah SWT, melainkan ketaatan kita yang ikhlas dan pengabdian kita yang sungguh-sungguh itulah yang diterima oleh Allah SWT dan dibalas dengan pahala yang setimpal. Maka pengorbanan dan pengabdian itulah suatu didikan Islam kepada umat islam untuk memperkuat jiwa sosial dan dermawan, untuk melatih dan membiasakan umat Islam mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya bagi keselamatan dan kebahagiaan umat bersama, serta bagi kemajuan masyarakat, bangsa negaranya serta kejayaan Islam.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Berqurban, apabila dilihat dari segi memperoleh keridhoan Allah, maka sungguh berqurban itu sangat luar biasa pahalanya, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya
Artinya;
Berkurban itu untuk yang melaksanakannya, dibalas Allah dengan pahala tiap-tiap satu helai rambut, satu kebajikan (HR Ibnu Majah)
Saudara-saudara kaum muslimin wal muslimat, alangkah besar pahala berkurban . Maka kesempatan ini hendaknya tidak disia-siakan . Hidup pasti mati, harta kekayaan akan kita tinggalkan seluruhnya, kecuali amal jugalah yang dapat kita tenteng atau kita bawa kelak.
Dalam hal kurban ini, Abu Hurairah meriwayatkan :
“Barang siapa yang memiliki kelapangan tetapi ia tidak berkurban, maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat shalat kami” (HR Hakim dari Abu Hurairah)
Jamaah shalat Idul Adha Masjid Nurul Iman Rahimakumullah
Kita sebagai muslim dituntut oleh Allah SWT untuk memberikan pengabdian kita sebanyak-banyaknya agar kita memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Karena itu, tugas kita mencontoh dan mengambil teladan dari derap dan langkah serta sikap Nabi Ibrahim dalam mewujudkan dan mempertahankan keyakinan kepada Allah SWT.
Artinya, apa yang diperbuat oleh Nabi Ibrahim a.s. jelas mengisyaratkan agar anak cucu mereka, agar generasi sesudahnya menerima dan menegakkan Islam secara kafah atau utuh serta konsisten atau istiqomah dalam merealisasikan atau mewujudkan cita-cita kesejahteraan. Ketulusan dalam menerima dan menegakkan Islam serta konsistensi atau istiqomah pada cita-cita luhur adalah jaminan untuk memperoleh kesejahteraan hidup. Sebaliknya ketidak patuhan dan inkonsistensi atau tidak istiqomah kepada islam dapat menjerumuskan kehidupan kaum muslimin ke lembah yang penuh nestapa dan akan menjerembabkan manusia ke jurang kesengsaraan yang berkepanjangan.
Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Umat islam yang mampu, (ukuran mampu menurut Imam Syafii adalah apabila seseorang mempunyai kelebihan uang dari kebutuhannya dan kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya, senilai hewan qurban pada hari raya Idul Adha dan tiga hari tasyriq). hukumnya wajib bagi orang yang mampu sesuai dengan surat Al Kautsar ayat 2 Fashalli lirabbika wanhar. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu, dan berkurbanlah. Kurban dianjurkan kepada para nabi mulai dari nabi Adam as sampai sekarang.
Ibadah qurban merupakan upaya menghidupkan sunah para nabi Allah SWT dengan menyembelih sesuatu dari pemberian Allah Subhanahu Wata’ala kepada manusia sebagai ungkapan rasa syukur. Kemurnian keataatan dengan mengerjakan seluruh perintah Allah adalah bukti syukur tertinggi.
Diantara hikmah berkurban adalah mendekatkan diri atau taqarrab kepada Allah SWT atas segala kenikmatan-Nya. Kenikmatan itu jumlahnya banyak. Sehingga tak seorangpun dapat menghitungnya, Wain taudu nikmatallahi latuhsuha. (QS Ibrahim ayat 34).
Hikmah secara tersirat dan tegas tentang kurban ini, telah diungkapkan dalam Al Qur’an “..Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang minta. Demikianlah kami telah menundukkkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. QS Al Haj (22) : 36)
Hikmah berikutnya adalah menghidupkan makna takbir di Hari raya Idul Adha dari tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah, yakni hari Nasar (penyembelihan) dan hari-hari tasyrik. Dengan setulusnya kita bersaksi bahwa hanya Allah-lah yang Maha besar, Maha Esa, Maha perkasa dan sifat kesempurnaan lainnya.
Kebahagiaan akan tercapai bila manusia menyadari fungsi keberadaannya di dunia ini hanyalah untuk menjadi hamba dan abdi Allah SWT, bukan abdi dunia, ataupun abdi setan. Wama khalaqtul jinna wal insa illa liyakbudun (QS Adzariyat ayat 56).
Disamping itu semua, Hari Raya Kurban merupakan ibadah sosial kemasyarakatan
yang sangat dalam, itu terlihat ketika pemotongan hewan yang akan dikurbankan, para mustahiq yang akan menerima daging-daging kurban itu berkumpul.
Mereka satu sama lainnya meluapkan rasa gembira dan sukacita. Yang kaya, yang miskin saling berpadu, berinteraksi sesamanya. Luapan kegembiraan dihari qurban, terutama bagi yang miskin dan fakir, lebih-lebih dalam situasi krisis ekonomi sekarang ini, sangat tinggi nilainya, ketika mereka menerima daging hewan kurban tersebut.
Ibadah qurban menegaskan Islam adalah agama yang berdimensi atau berukuran sosial, karena itu, orang islam yang tidak mampu mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan, dianggap sebagai pendusta agama (QS Al Maun,ayat 1-3) Ara aitalladzi yukadzibubiddin, fadzalikal ladzi yadu’ul yatim, wala yahudzu ‘ala thaamil miskin