Minggu, 29 September 2013
Kalau Tidak Terima Temuai Saja saya
Kalau Tidak Terima Temui Saja Saya
Fenomena kebobrokan moral terjadi
di berbagai lini, Sekolah pun tak luput dari hal tersebut. Oleh karena itu di
dalam pendidikan dicanangkan pendidikan berkarakter supaya peserta didik
memiliki karakter yang baik tidak hanya itu pengelola dan perangkatnya juga
harus menjadi contoh terlebih dahulu supaya tidak hanya JARKONI.
Untuk mendidik peserta didik
memiliki karakter yang baik tak segampang membalikkan telapak tangan. Saya
pernah survey ke sebuah lembaga yang terkenal, peserta didik bisa meletakkan
piring, sendok, mangkok sehabis makan siang pada tempat yang telah disediakan
dengan tertib memerlukan waktu 4 (empat tahun).
Itu jelas barang yang kelihatan
dan kelihatannya sepele akan tetapi untuk bisa tertib memerlukan waktu yang
cukup lama. Apalagi pendidikan berkarakter dimana peserta didik supaya memiliki
karakter yang baik. Kalau kita melihat ke belakang sejarah diutusnya Nabi
Muhammad SAW bahwa Rasulullah SAW diutus untuk pertama-tama ndandani akhlak
masyarakat karena akhlak masyarakat saat itu benar-benar bejat, bobrok,
sebobrok boroknya.
Artinya akhlak menjadi prioritas
yang harus diutamakan terlebih dahulu, makanya pendidikan agama sangat perlu
agar peserta didik mengerti dan melaksanakan ketaatan beragama dengan baik.
Karenanya jam pelajaran pendidikan agama perlu diperbanyak. 2 atau tiga jam
pelajaran tidaklah cukup apalagi gurunya sering meninggalkan kelas atau kalau
ada sesuatu hal jam pelajaran agama yang dikorbankan tambah tak beres.
Sangatlah jelas di sekolah umum
perbandingan jam pelajaran Agama dengan jam pelajaran umum tak sebanding alias
ngejomlang, dengan demikian terlihat dengan danta dunia lebih dipentingkan
ketimbang akhirat. Padahal kehidupan yang abadi adalah di akherat, di dunia ini
adalah sementara dan sifatnya adalah panggung sandiwara dan permainan belaka.
Apakah hal seperti tersebut
pendidikan berkarakter bisa berhasil ? Tanya saja pada rumput yang bergoyang
kata Ebit. Saya pernah datang ke sebuah pertemuan di sebuah lembaga pendidikan
sltp waktu itu kepala sekolahnya memberikan sambutan “Tolong dukung program
sekolah jangan selalu menyalahkan atau mencari celah untuk menyalahkan sekolah
jikalau ada guru menjemur anak bapak ibu untuk pembelajaran datangi saja saya
kalau memang tidak boleh dijemur untuk pembelajaran silakan anak bapak ibu yang
keberatan tidak terima dibawa pulang saja anaknya dan saya kembalikan ke bapak
ibu untuk mendidiknya ”.
Ini merupakan upaya kepala
sekolah supaya programnya berhasil, pendidikan berkarakternya jalan dan orang tua wali peserta didik tidak reseh.
Fenomena mengatakan tak sedikit walimurid yang reseh dan selalu menyalahkan
sekolah. Gajah di pelupuk mata tak kelihatan tapi semut di seberang lautan
kelihatan. Aneh memang, Anak jelas-jelas bandel di sekolah dibela-bela mati
matian oleh orang tuanya bahwa anaknya baik, sekolah saja yang tidak becus mengurus
dan menilai anak. Bersambung Insya Allah.
Semangat pagi salam sukses
selalu.
Langganan:
Postingan (Atom)